Mengenal Lebih Dekat TK 22 Seatap Belopa, Sekolah Penggerak Pertama Satuan PAUD di Luwu

Murid TK seatap 22 Belopa Saat Sedang Bermain

KABARDEDIKAN.COM — ” Bermula tidak kenal, maka tidak sayang. Setelah kenal akhirnya Jatuh cinta.”

Kalimat tersebut tidaklah berlebihan diucapkan Kepala TK 22 Seatap Belopa. Atas kerja keras dan perjuangannya, sekolah yang di pimpinannya menjadi satu-satunya Sekolah Penggerak Pertama di Kabupaten Luwu, satuan PAUD tahun ajaran 2022/2023.

Saptawati, Kepala TK 22 Seatap menjelang siang itu mengisahkan jika awalnya, dirinya tidak terlalu menaruh perhatian terkait Merdeka Belajar ini. Sama dengan Kepala Sekolah pada umumnya. Namun karena informasi dari Guru-guru dan tanggung jawab Kepala Sekolah. Kak Sapta begitu sapaannya, mencoba belajar sendiri melalui informasi yang diterimanya.

Dikurang masih belum cukup, Kepala Sekolah yang sudah 7 tahun di TK 22 Belopa ini, mencoba ikut daftar Kepala Sekolah Progam Sekolah Penggerak melalui online yang dipromosikan group WhatsApp dan media sosial lainnya.

Dari situlah, Ibu 2 orang anak ini mengajak gurunya berjumlah 5 orang itu untuk mengenal dan belajar tentang kurikulum Merdeka Belajar.

Karena ia tidak bisa menjelaskan terlalu jauh apa itu Kurikulum Merdeka Belajar secara detail, Saptawati memutuskan untuk mengajak Gurunya untuk melakukan studi tiru di salah satu Sekolah Penggerak di Kabupaten Sidrap. Hasilnya, Guru-guru tersebut antusias dan tertarik untuk mereka terapkan di sekolah.

Dalam proses belajar dan daftar itu, Saptawati dan Guru-gurunya ini menghasilkan buah manis. Awalnya, ” Lolos atau tidak lolos sekolah kami sebagai Sekolah Penggerak, Kurikulum Merdeka tetap di gunakan di tahun ajaran ini,” kata Sapta, kepada Jurnalis Kabardedikan.com, Rabu, 24 Agustus 2022.

Alasannya sederhana, ” Lebih menerapkan (Kurikulum Merdeka) sambil belajar daripada menerapkan setengah-setengah,” ucap Kepala TK ini yang saat itu mengenakan Kaos Putih bertuliskan Merdeka Belajar.

Namun, Kabar baik datang, di angkatan 3 Sekolah Penggerak program Kementerian Pendidikan dan Budaya tersebut, TK 22 Satap Belopa lolos sebagai Sekolah Penggerak satuan PAUD pertama di Luwu. Sesuai rencana tahun ajaran 2022/2023 TK itu resmi menerapkan Kurikulum Merdeka secara penuh.

Kondisi ini Saptawati dan Guru-gurunya lebih bersemangat ketika mengetahui sekolahnya lolos sebagai Sekolah Penggerak. Guru-guru juga dalam belajar lebih percaya diri dalam menerapkan Kurikulum tersebut.

Kendati demikian, Ketua Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia atau IGTKI Luwu ini mengakui jika selama proses pendaftaran sebagai Sekolah Penggerak, ia mengalami beberapa kesulitan dalam tahap per tahap. Tetapi karena keyakinannya ia bisa mengatasinya dan berbuah manis.

Sekarang PAUD ini menggunakan kurikulum terbarukan dari 214 PAUD yang ada di Luwu. 70 Siswa di sekolah itu, merdeka atau bebas apa yang mereka inginkan dalam proses belajarnya.

Siswa lebih interaktif dalam belajar. Mereka belajar sesuai apa yang mereka inginkan. Bebas memilih ragam main yang akan digunakan dalam pembelajaran. Guru mengikuti keinginan siswa, namun semua tetap mengikuti koridor dalam Kurikulum Merdeka.

Guru dan Murid sedang Mengajar dan Belajar

Bagi Guru-guru sendiri mereka lebih sedikit lega dari segala administrasi yang menjadi momok bagi guru di sekolah. Guru juga tidak lagi bingung topik apa yang perlu diajarkan setiap harinya. Baik Guru dan siswa merdeka dalam mengajar dan belajar

Sekarang, di tahun ajaran 2022/2023 ini, meskipun belum resmi diterapkan di seluruh sekolah. Namun penerapan atau Implementasi Kurikulum Merdeka atau IKM di Luwu sangat minim sekali. Bahkan untuk data sekolah yang lulus sebagai Sekolah Penggerak di Luwu hanya 4 Sekolah. Satuan Pendidikan SMP hanya 1, Tingkat SD hanya 2 dan PAUD 1.

Fakta ini mengejutkan di mana Kurikulum Merdeka di tahun 2024 akan diterapkan wajid seluruh Indonesia. Berbagi sumber kami himpun, banyaknya sekolah tidak lolos baik sebagai Sekolah Penggerak ataupun IKM di sekolah karena minimnya pengetahuan teknologi bagi Kepala Sekolah.

Terlebih peran pemerintah daerah yang masih minim memberikan sosialisasi kepada sekolah. Salah satu dalihnya adalah minimnya anggaran untuk membantu setiap sekolah di Luwu menerapkan Kurikulum Merdeka.

Wanita yang kini berusia 45 tahun saat ini telah membuktikan kapasitasnya sebagai Kepala TK di daerah. Walaupun bangunan sekolah yang sempit juga satu atap atau ruang kerjanya yang sempit pun membuktikan segala sesuatu bisa dibuktikan selama ada kemauan dan terus belajar.

Di akhir kesempatan itu, karena semangat bersama memajukan Pendidikan di Luwu, Saptawati Azis berharap semua sekolah di Luwu membuka diri untuk mengenal dan mempelajari apa itu Kurikulum Merdeka. Agar sewatu-waktu ketika Kurikulum sudah wajib, maka sekolah sudah siap mengimplematiskannya.(Jayanto)

Komentar