OPINI: Kisah Perjuangan Kasri Zakari to Hamsia, Pendiri Yayasan Nur Putri Tunggal


Kasri Zakari to Hamsia, Pendiri
Yayasan Nur Putri Tunggal

Ponrang, Kabardedikan.com – Papa Camma, sapaan akrab dari Kasri Zakari to Hamsia ini menjadi salah satu dari sekian ribu orang di Kabupaten Luwu yang masih eksis untuk memberikan semangat abdinya kepada masyarakat.

Seorang anak Desa yang terlahir dari keluarga sederhana ini memiliki tekad untuk kembali pada masyarakat untuk turut serta dalam membangun dunia pendidikan.

Melalui latar belakang dirinya sebagai masyarakat Desa, setelah beberapa tahun dirantau negeri jiran Malaysia, dengan modal semangat yang dimilikinya sejak kembalinya ke kampung halaman, Ia bertekad membangun kampungnya melalui dunia pendidikan, padahal ia hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar.

Dalam pengalaman hidupnya di negeri jiran Malaysia, Ia yang berasal dari daerah pesisir pantai Kabupaten Luwu, yakni Labembe, sebuah dusun di Desa Muladimeng, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu dengan berbagai keterbatasan yang sulit dirasionalkan, harapan dan cita-cita besarnya selalu ia impikan untuk bisa membangun kampung halaman dan bisa bermanfaat bagi masyarakat di Desanya.

Terlahir sebagai anak kampung yang dimasa kecilnya hanyalah sang ‘Pengembala Kerbau’. Lahir dari keluarga sederhana, yang hidup dari hasil melaut dan hasil kebun. Orang tua yang merupakan petani tidak lantas membuat dirinya patah semangat.

Dalam perjalanan hidup di desa, ia melihat berbagai macam kondisi masyarakat dengan segala keterbatasan yang ada. Sulitnya menempuh pendidikan, dan banting tulangnya masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Melihat kondisi anak-anak yang jauh dari tempat sekolahan, ia pun berinisiatif untuk mendirikan yayasan yang diberi nama “Nur Putri Tunggal” agar anak-anak di kampung halamannya tidak lagi jauh-jauh pergi bersekolah.

Perjuangan untuk membangun yayasan pendidikan ini buah dari diskusi-diskusi kecil dengan teman organisasi bantuan Hukum “Reclasseering Indonesia” yang saat ini diketuai saudara Muh. Ilyas. Bahkan, selama ia mendirikan yayasan pendidikan ini, Kasri Zakari to Hamsia berhasil melanjutkan studinya hingga mencapai gelar sarjana hukum.

Ia mengakui, bahwa dirinya bisa seperti saat sekarang ini, membangun yayasan pendidikan hingga menjadi sarjana karena banyak-banyak mendapat dorongan dan masukan dari adik sepupunya.

Adik sepupu yang ia maksud adalah Abdul Latif Idris, saat ini, ia menjabat selaku ketua Bawaslu Kabupaten Luwu. Itu adik sepupu saya, pemberi spirit, dan menjadi guru dalam kehidupan saya. Tadinya saya tidak bisa berdiri bicara dihadapan orang banyak, berkat bimbingannya, saya bisa, akunya.

Perjalanan membangun yayasan pendidikan ini, tantangannya luar biasa, banyak orang menganggap ini ide orang gila, karena dibangun oleh orang yang hampir dikata tidak berpendidikan, dalam ceritera Kasri.

Alhamdulillah yayasan ini sekarang sudah berjalan, ada TK, SD Islam, Madrasah Tsanawiyah, dan ada juga Panti Asuhan. Walaupun belum pada tahap idial, namun keberadaannya sudah banyak membantu menyekolahkan anak, khususnya bagi anak keluarga yang tidak mampu di Desa Muladimeng ini, bahkan dari luar Desa Muladimeng ungkapnya.

“Wija to Luwu” Mungkin itu kata yang pas untuk disematkan kepada sosok anak desa ini. Saat perjuangan kerasnya mengantarkan yayasan pendidikan yang dibangunnya sendiri.

Sesulit apapun keadaan yang dialami oleh Kasri Zakari to Hamsia dalam membangun dan membesarkan yayasan yang ia pimpin, senyuman tetap terpancar diwajahnya, sebagai bentuk rasa syukur terhadap karunia tuhan. Dengan konsidi itulah, yayasan pendidikan yang ia didirikan bisa eksis sampai sekarang.

Karena baginya, semua anak desa juga harus bisa merasakan pendidikan sampai di perguruan tinggi, ia sudah merasakan, tidak ada kata terlambat dalam belajar, dan itu bukanlah hal yang mustahil.

Hingga saat ini, yayasan pendidikan yang dibangun oleh Kasri Zakari to Hamsia yang awalnya dengan merogoh kocek sendiri saat ini sudah berbadan hukum berbentuk yayasan, mempekerjakan orang-orang dengan cita-cita menjadi amal jariyah baginya kelak dan mereka yang membantu menjadi bagian dari barisan kebaikan yang ia dirikan.

Kasri Zakari to Hamsia selaku pimpinan yayasan Nur Putri Tunggal juga membuka diri bagi masyarakat yang ingin mendonasikan sebagian reskinya ke panti asuhan yang ia bangun. Panti Asuhan yang ia bangun masih butuh bantuan, baik dari masyarakat yang memiliki rasa kepedulian maupun dari bantuan pemerintah. Panti ini masih sangat membutuhkan bangunan fisik juga biaya sehari-hari anak panti. (*Ddea)