Kabid Humas Polda Sul-Sel Merangkai Jaring-Jaring Spiritual untuk Membangun WELL-BEING Masyarakat


Oleh:Ahmad Razak Dosen Psikologi UNM, dai’i IMMIM dan Ketua Umum API Sul-sel

Well being adalah sebuah kualitas dan kesejahteraan hidup yang tercipta baik secara personal maupun komunal pada dimensi psiko sosio dan spiritual manusia. Kualitas dan kesejahteraan hidup tidak serta merta yang bersifat material tetapi aspek non material bahkan sangat signifikan dalam menentukan well being individu dan masyarakat. Kedamaian, toleransi, harapan, cinta, pemaafan, empati, kontrol diri, kebersamaan merupakan indikator-indikator nilai yang sangat esensial terciptanya kesejahteraan hidup. Abraham Maslow salah seorang tokoh transpersonal dan humanistik menjelaskan arti kualitas dan kesejahteraan hidup sangat ditentukan terpenuhi tidaknya kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Dalam teorinya hirarki kebutuhan (needs hirarcy) disebutkan kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan kasih sayang, penghargaan serta aktualisasi diri. Hal ini sangat sesuai dengan Q.S. 3: 133-134 “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Spiritualitas adalah sebuah potensi dan kekuatan intrinsik yang mampu membawa individu dan masyarakat untuk menemukan makna hidupnya. Spiritual dapat menuntun manusia semakin dekat dengan Tuhan, berinteraksi dan berdamai dengan sesama manusi, bersahabat dengan alam dan lingkungan sekitarnya, bahkan spiritual dapat membawa manusia untuk memahami eksistensi dirinya. Dari sinilah terbentuk positif feeling yang berdampak kepada kualitas dan kesejahteraan hidup. Compton (2005) mengatakan bahwa individu yang menilai spiritualitas sebagai hal yang penting untuk dilakukan dapat memiliki well-being yang tinggi. Emmons dan Paloutzian (2003) juga menyatakan bahwa pengalaman spiritualitas sehari-sehari mampu menghasilkan emosi-emosi positif seperti pengharapan (hope), kasih (love), pengampunan (forgiveness), dan rasa syukur (gratitude) yang mampu membuat individu lebih bahagia, merasa lebih puas, menikmati kehidupan, dan memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik.

Salah satu tugas utama kepolisian adalah aktif membangun keamanan dan ketertiban masyasakat (kamtibmas). Kamtibmas tentu sangat ditentukan oleh kualitas kesadaran spiritual masyarakat. Oleh karena itu kunjungan dan silaturrahim ke ketua MUI Gurutta KH. Sanusi Baco, Lc yang dilakukan oleh kabid humas sulsel bapak kombes E Zulfan merupakan hal yang sangat tepat dan strategis sebagai upaya membangun jaring-jaring spiritual. Kedekatan kepolisian dengan ulama dapat mempermudah terciptanya kamtibmas dengan baik. Psikologi masyarakat sul-sel yang mayoritas beragama islam masih sangat dekat dan mencintai ulamanya. Masyarakat sul-sel sangat meyakini ajaran agama dan rasulnya bahwa ulama adalah pewaris nabi (al ulama warasatul anbiya’). Dekat dengan ulama berarti dekat dengan nabinya karena disanalah terpencar nlai-nilai keberkahan yang akan membawa kepada kedamaian, kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Masyarakat sul-sel otomatis akan patuh terhadap ajaran-ajaran spiritual dari ulama panutannya.

Berbagai peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat saat sekarang ini seperti menyebarkan fitnah (hoaks), adu domba, intoleransi, kebencian, korupsi dan berbagai kemaksiatan lainnya adalah indikasi bahwa masyarakat di negeri ini mengalami krisis spiritual. Hidupnya terasa hampa dan mereka terjebak dalam kompetisi kepentingan material, status kehormatan dan popularitas sehingga segala cara dapat dilakukan. Inilah yang menjadi pemicu kekacauan dan instabilitas bangsa. Di tengah kondisi seperti ini tentu sangat diperlukan kehadiran sosok ulama yang menyejukkan sebagai pelanjut risalah nabi dan rasul “rahmatan li alamin” .

Silaturrahim dengan ulama adalah sala satu jaring spiritual yang patut dirangkai untuk bersama-sama membangun kamtibmas melalui pendekatan-pendekatan agama yang menyejukkan. Kabid humas sul-sel bapak kombes E. Zulfan menjadi inspirasi sekaligus memberikan kesadaran kepada kita semua. (Bravo kepolisian)